Connect with us

News

Bangun Kalimantan, Awal Mimpi Soekarno Jadikan Indonesia Negara Terkuat di Dunia

Published

on

Presiden Pertama Indonesia Ir Soekarno

TARAKAN, GENZPEDIA – Indonesia di masa kepemimpinan Presiden pertama Soekarno atau Bung Karno pernah memiliki visi mengembangkan Pulau Kalimantan. Tujuan agar Indonesia menjadi negara terkuat di dunia.

Hal tersebut dikatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Kata dia, selain merebut Irian Barat dari kolonialisme Belanda, menurut Bung Karno Kalimantan juga menjadi pusat perhatian.

“Kalimantan jadi pusat perhatian Bung Karno agar Indonesia menjadi negara terkuat di Asia. Selama satu tahun penuh, Bung Karno mempelajari Kalimantan,” kata Hasto dalam keterangan pers yang diterima GENZPEDIA di Tarakan, Senin 17 Juli 2022.

Dalam analisis Bung Karno, lanjutnya, pertahanan nasional Indonesia dibagi menjadi dua kekuatan dalam dua garis besar, yaitu pertahanan laut di Indonesia Timur, dengan Biak menjadi pusat armada, serta pertahanan udara di Kalimantan.

Dengan melihat potensi besar di Kalimantan, katanya, maka hegemoni kekuatan pertahanan udara Indonesia dalam menjaga keamanan udara ditempatkan di Kalimantan, sebagai kawasan yang sangat penting dan strategis.

“Di Kalimantan inilah Kota Palangka Raya dirancang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia (saat itu). Desain jalannya dibuat lurus-lurus dan menuju pada satu bundaran besar mirip Washington D.C., Amerika Serikat,” katanya.

Pembangunan jalan diperluas hingga sampai empat belas jalur untuk bisa digunakan pendaratan bagi pesawat MiG21 buatan Uni Soviet. Selain itu, Bung Karno juga melakukan nasionalisasi berbagai perusahaan tambang milik asing, dimana hasil dari industri pertambangan digunakan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan umum.

“Bung Karno berharap pada 1975 Indonesia akan menjadi bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara super power di luar dari Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Jepang, dan Tiongkok,” jelasnya.

Sayangnya, katanya, seluruh konsep strategis itu memudar pascaperistiwa 1965 dan kepemimpinan Indonesia menurun di dunia internasional.

“Padahal sebelumnya karena peran aktif Indonesia, bangsa-bangsa Asia Afrika, yang mayoritas adalah bangsa Islam, merdeka karena peran Indonesia,” ujarnya. (Pradipta Ramadhan)

Bagikan ini
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *