News

Kasus DBD Kota Tarakan Tinggi, Dokter Devi Sampaikan Peringatan Ini

Published

on

TARAKAN, GENZPEDIA – Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan dr. Devi Ika Indriarti mengungkap adanya lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tarakan.

Bahkan peningkatan kasus penyakit yang disebabkan nyamuk jenis  Aedes Aegypti tersebut sudah berlangsung sejak bulan Januari 2022 lalu.

“Jumlah pasien DBD rata-rata 40-an untuk saat ini. Kalau standarnya itu adalah 49/100.000 jumlah penduduk. Kita punya sampai bulan Juni 2022 sekitar 273 dibagi jumlah penduduk Kota Tarakan, maka bisa dikatakan sudah tinggi dibandingkan dengan jumlah standar kasusnya,” katanya menjawab GENZPEDIA, Rabu 3 Agustus 2022.

Artinya, kata Devi, jumlah kasus DBD sekarang ini sekitar 112,44 persen. “Jika dilihat dari jumlah kasus yang dibagi jumlah penduduk kota tarakan, jadi ini sudah tinggi. Kemudian kita memiliki di awal tahun di bulan Februari 2 orang meninggal akibat DB. Apalagi standar nasional kurang dari 1 persen dari jumlah kasus yang meninggal. Kalau 2 dibandingkan 273, itu sudah tinggi,” ujarnya.

“Jadi dengan peningkatan kasus ini sudah menjadi perhatian semua, tergantung pada angka bebas jentik kita, angka bebas jentik kita kurang harusnya diatas 95 persen,” lanjut Devi.

Adapun masyarakat yang terpapar DBD di Kota Tarakan cenderung variatif alias berdampak di semua umur. Di mana tingkat kecenderungan paparan terbanyak berada di titik wilayah kerja Puskesmas Karang Rejo, dilanjutkan dengan titik wilayah kerja Puskesmas Juata.

Namun dr Devi memastikan bahwa stok obat-obatan di rumah sakit dijamin masih tersedia. Bahkan hingga abate masih bisa diakses secara gratis di tiap puskesmas yang tersebar di wilayah Tarakan khususnya.

“Obat-obatan di RS cukup, karena kan obat bergerak terus. Yang penting saat ini tidak ada keluhan kekurangan obat. Kita juga sudah antisipasi seperti melihat misalnya bulan April Mei baru naik, tapi ini bulan Januari naik terus, kurva datar, kami warning terus, dengan berkoordinasi dengan pihak puskesmas dan kelurahan untuk mengedukasi masyarakatnya,” katanya.

Selain fasillitasi obat bagi penderita maupun pencegahan DB, pihaknya berupaya hidupkan peran masyarakat melalui sosialisasi secara berkala hingga edukasi, bahkan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) jika diperlukan

“Kalau dari teman-teman melakukan sosialisasi tentang dimana sarang nyamuk, melalui promosi kesehatan di puskesmas, kemudian juga disampaikan kalau anak panas kemudian sudah berobat masih belum turun panasnya, segera periksakan trombositnya, supaya memastikan bukan DBD. Selain itu dari rekan P2P kalau ada kasus akan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE),” ujarnya.

Menurutnya, penanganan DBD dilakukan sesuai petunjuk teknis dengan melakukan PE, kemudian peran masyarakat juga diperlukan dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.

“Jadi bukan cuma sekedar membersihkan saluran dan got, tapi penampungan harus dibersihkan. Yang kadang lolos seperti dispenser kalau kita periksa itu ada jentik-jentik nyamuk aides aegypti penyebab penularan. pemberian Abate secara rutin berkala juga bisa dilakukan untuk mematikan jentiknya atau pemeliharaan ikan untuk memakan jentiknya, dan itu malah lebih bagus, karna adanya genangan merupakan sumber penularan.” katanya.

Terpisah, Wali Kota Tarakan dr Khairul turut menanggapi peningkatan kasus DBD yang terjadi. Ia pun mengimbau seluruh lapisan masyarakat menerapkan 3 M (Menguras, Menutup, Menimbun).

“Memang efektifnya melakukan pencegahan kepada masyarakat, kita himbau melakukan 3M itu terus menerus walaupun tidak ada kasus ini. Apalagi kasus naik, jadi saya kira galakkan 3 M. Pertama Menguras, paling tidak tempat penampungan secara rutin seminggu sekali. Kedua Menutup, supaya nyamuk Aedes tidak masuk. Ketiga, menimbun barang bekas yang mempunyai potensi menyimpan air,” kata Khairul. (Poernama S).

Bagikan ini

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version