News
Keras! DMI Tarakan Tolak Keberadaan Khilafatul Muslimin, Ini Penyebabnya
TARAKAN, GENZPEDIA – Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Tarakan menilai keberadaan kelompok Khilafatul Muslimin sangat mengganggu ketentraman masyarakat. Penyebabnya adalah ideologi yang dianut Khilafatul Muslimin bertentangan dengan paham ajaran Islam yang semestinya, terlebih Islam khas Indonesia.
“Kami sangat terganggu sekali dengan kehadiran Khilafatul Muslimin ini di Tarakan. Karena sekitar 2 atau 3 tahun lalu kami sudah berdialog dengan mereka,” ujar Ketua DMI Kota Tarakan, ustaz Nur Ali kepada GENZPEDIA, Sabtu 18 Juni 2022.
Bahkan ia menyebutkan konsep gerakan ideologi yang diusung oleh Khilafatul Muslimin ini sangat ekstrem. Dirinya lantas mengatakan bahwa Amir (Pemimpin) Khilafatul Muslimin Regional Kalimantan, Amiruddin Dewa yang datang sekitar 3 tahun yang lalu ke Tarakan, memiliki pemahaman yang dangkal dalam menafsirkan Al-Quran dan hadits.
“Bentuk Khilafatul Muslimin ini sangat ekstrem sangat keras sehingga pola pikirnya tidak layak dan tidak pantas ada di negara kita Indonesia. Belum lagi Amir Khilafatul Muslimin Regional Kalimanan, kalau diajak dialog sangat kurang memahami kaidah-kaidah Islam. Terus terang saja, dia kurang ilmu sehingga dia tidak bisa mengutarakan dalilnya seperti apa,”ujarnya.
Seyogyanya, kata dia, dalam memahami ajaran Islam tidak cukup hanya memahami terjemahan ayat dan hadits. Namun juga mesti memiliki kaidah-kaidah ilmu lainnya, seperti ilmu Asbabun Nuzul Qur’an dan Ilmu Asbabun Wurud Hadits.
“Kita memahami Ayat Al-Qur’an dan Hadits tidak cukup memahami terjemahannya tapi kita harus memahami namanya ilmu Asbabun Nuzul yaitu sebab-sebab turunnya ayat dan jika ditinjau dari segi hadits tidak cukup memahami teksnya saja. Ada ilmu Asbabun Wurud,” katanya.
“Islam itu artinya tinggi, ilmunya luas jangan dipersempit. Gak boleh begini, gak boleh begitu artinya dipersempit. Boleh kita beda pendapat, beda keyakinan, paham tapi jangan menyalahkan yang lain. Apalagi kalau kita memusuhi negara, itu sangat tidak diperbolehkan,” ujarnya lagi.
Pada kesempatan yang sama, dirinya mengingatkan agar masjid-masjid tidak sembarangan menghadirkan penceramah yang tidak dikenal. Yakni harus terlebih dahulu rekam jejak penceramah yang diundang untuk menangkal gerakan berbahaya semacam ini.
DMI Tarakan berharap paham ini tidak muncul dan eksis di Kota Tarakan. Sebab keberadaan organisasi sangat bertentangan baik secara Ideologi maupun gerakan di Indonesia.
“Kami DMI mengimbau kepada seluruh masyarakat, pengelola masjid hati-hati dengan kelompok-kelompok pengajian di sekitar yang sekiranya itu dilakukan secara tertutup. Tidak terbuka atau dirahasiakan untuk umum. Biasanya itu pahamnya berbeda seperti yang lain,” ujarnya. (Dedy Syarkani)