Connect with us

News

Komjen Boy Rafli Ungkap Dampak Buruk Berkembangnya Jaringan Terorisme Global Bagi Indonesia

Published

on

JAKARTA, GENZPEDIA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkap dampak buruk berkembangnya jaringan terorisme internasional bagi Indonesia.

“Seberapa besar dampaknya bagi Indonesia? Dampaknya sangat besar,” katanya Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dalam diskusi virtual dengan tema ‘Deteksi Dini Modus Perkembangan Gerakan Radikalisme’ pada Senin 4 Juli 2022.

Ia menyebut dari tiga jaringan terorisme global seperti ISIS, Al Qaeda dan Taliban, jaringan ISIS menjadi paling mendominasi. Namun, ketiganya memiliki kesamaan ideologi.

Dengan adanya jaringan tersebut, memberikan pengaruh buruk bagi Indonesia seperti terdapat beberapa organisasi di Tanah Air yang diduga terafiliasi dengan kelompok terorisme global.

Dirinya pun memberikan contoh seperti propaganda ISIS sejak 2013, yaitu di mana 2.157 Warga Negara Indonesia (WNI) laki-laki dan perempuan serta anak-anak menuju ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kelompok tersebut.

Mereka menjanjikan para WNI akan berdirinya sebuah negara yang bisa memberikan jaminan hidup jauh lebih baik. Seperti gaji 2.000 dolar AS, asuransi kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.

Padahal, kata dia, janji itu tidak pernah ada. “Itu propaganda yang fatamorgana atau sesuatu yang tidak jelas, tetapi diikuti WNI,” kata Boy.

Kemudian berdasarkan data dari BNPT, kondisi para WNI yang berada di Irak dan Suriah sangat memprihatinkan. Terdapat 550 otang yang sudah dipulangkan ke Tanah Air, sementara 200 orang lainnya meninggal dunia.

Bahkan masih terdapat WNI yang berada di kamp pengungsian ibu dan anak serta kelompok laki-laki ada yang menjadi tahanan di Suriah.

Boy mengungkap bahwa berdasarkan catatan United Nation, terdapat sekitar 40-45 ribu warga dari berbagai negara yang datang ke Irak dan Suriah untuk ikut berperang melawan pemerintahan sah.

Meskipun dua pemimpin ISIS telah tewas, namun menurutnya kelompok tersebut tetap berkembang di wilayah lain, terutama di Afrika. “Di Indonesia, termasuk banyak warga negara kita yang terafiliasi ke sana,” ujarnya.

Bagikan ini