Connect with us

News

Mengenal Skizofrenia, Penyakit Gangguan Jiwa yang Diidap Pelaku Penebar Teror Jihad di Mako Polres Tarakan

Published

on

TARAKAN, GENZPEDIA – Pria berinisial AS, penebar teror jihad di Mako Polres Tarakan ternyata mengidap paranoid skizofrenia atau gangguan ingatan.

Hal tersebut dibenarkan Kapolres Tarakan, AKBP Taufik Nurmandia melalui Waka Polres Tarakan, Kompol Ariantoni kepada awak media, Selasa 17 Januari 2023.

“Dari interogasi awal, pelaku tersebut didapati memiliki rekomendasi rujukan gangguan kejiwaan. Ia pernah berobat pada 9 November 2021 lalu dan diagnosa mengidap paranoid skizofreni atau gangguan ingatan. Pelaku juga diminta kembali berobat Februari 2022 namun pelaku tidak pernah kembali,” ucapnya.

Lalu seperti apa gejala paranoid skizofrenia? Asal tahu saja penyakit gangguan kejiwaan tersebut bisa dialami siapa tanpa mengenal umur, meskipun umumnya dialami kalangan remaja dan orang yang baru menginjak usia 20 tahun awal .

Berikut merupakan penjelasan lengkap mengenai paranoid skizofrenia yang berhasil dirangkum Genzpedia dari beberapa sumber.

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis ketika pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, dan perubahan sikap. Umumnya pengidap skizofrenia mengalami gejala psikosis, yaitu kesulitan membedakan antara kenyataan dengan pikiran pada diri sendiri.
Adapun beberapa penyebab paranoid skizofrenia, yakni Keturunan. Keturunan dari pengidap skizofrenia memiliki risiko 10 persen lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa. Risiko tersebut meningkat 40 persen lebih besar ketika kedua orang tua sama-sama pengidap skizofrenia. Sementara itu, anak kembar yang salah satunya mengidap skizofrenia akan memiliki risiko hingga 50 persen lebih besar.

Selain itu, penyebab lainnya adalah mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengubah pikiran (psikoaktif atau psikotropika) selama masa remaja dan dewasa muda.

Sementara itu, ciri-ciri orang yang mengidap gejala skizofrenia , yaitu terlihat apatis dan buruk secara emosi, tidak peduli terhadap penampilan diri sendiri, dan menarik diri dari pergaulan.

Skizofrenia dapat diobati dengan menggunakan beberapa cara, seperti dengan kombinasi obat-obatan dan terapi psikologis. Obat yang diberikan adalah antipsikotik yang memengaruhi zat neurotransmitter dalam otak. Obat ini mampu menurunkan kecemasan, menurunkan atau mencegah halusinasi, dan membantu menjaga kemampuan berpikir. Dokter umumnya memberikan obat-obatan antipsikotik kepada pengidap skizofrenia untuk mengurangi atau menghilangkan gejalanya.

Sedangkan terapi psikologis bisa membantu pengidap untuk menemukan cara mengelola gejala saat sekolah atau bekerja, atau dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

(Ade Prasetia)

Bagikan ini