Connect with us

News

Pemkab Tangerang Minta Berbagai Pihak Cegah Perang Sarung

Published

on

tangerang cegah perang sarung
Ilustrasi Perang Sarung | Foto Istimewa suara.com

KAB. TANGERANG, GENZPEDIA – Pemkab Tangerang, Banten meminta orang tua, guru atau sekolah, dan masyarakat untuk cegah perang sarung. Hal ini karena perang sarung yang sering terjadi di kalangan remaja telah meresahkan masyarakat. Bahkan, perang sarung sering terjadi menjelang sahur di bulan Ramadan.

Upaya Pemkab Tangerang Cegah Perang Sarung

Merespon fenomena ini, Pemkab Tangerang berupaya memutus mata rantai perang sarung dengan meningkatkan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM). Dalam menyukseskan PATBM tersebut, Pemkab Tangerang meminta kolaborasi antarpihak.

“Untuk pencegahan kenakalan remaja harus ada kolaborasi antara orang tua, guru/sekolah, masyarakat dan aparat penegak hukum (APH). Kalau salah satu pihak itu lemah, maka akan sulit menekan kenakalan remaja,” tutur  Kepala DPPPA Kabupaten Tangerang, Asep Suherman dalam keterangannya, Jumat (31/3/2023).

Asep memaparkan, PATBM yang Pemkab Tangerang lakukan di bulan Ramadan merupakan langkah strategis untuk memperkuat partisipasi masyarakat untuk cegah perang sarung di wilayah Kab. Tangerang.

Baca Juga: Pemkot Tangerang Minta UKM Urus Legalitas Merek Dagang

Oleh karena itu, masyarakat harus mampu mengawasi aktivitas anak serta memberi jadwal pulang setiap melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini agar anak mereka tidak terjerumus dengan aktivitas negatif.

Selain itu, pihak sekolah pun berperan penting untuk selalu mengimbau kepada para murid untuk tidak melakukan kenakalan remaja. Kenakalan tersebut bisa merusak masa depan mereka sendiri.

“Jangan sampai melakukan kegiatan negatif,” terangnya.

Ia pun mengimbau masyarakat untuk segera melapor ke aparat terdekat apabila melihat gerombolan anak-anak yang mencurigakan atau terindikasi akan melakukan perang sarung atau keributan lainnya.

Bagaimana Awal Mula Perang Sarung Terjadi?

Melansir laman ayosemarang.com, Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok, menjelaskan bahwa perang sarung telah ada sejak tahun 1980-an. Awalnya, perang sarung ini hanya candaan  anak-anak dan hanya menggunakan sarung yang diikat ujungnya untuk memukul lawan. Biasanya, perang sarung kerap anak-anak lakukan setelah shalat terawih. Namun, perang sarung yang sering terjadi saat ini menggunakan senjata tajam dan tak hanya anak-anak saja yang melakukannya, melainkan remaja hingga orang dewasa. Tak jarang, perang sarung saat ini menyebabkan korban jiwa.

Bagikan ini