Connect with us

Lifestyle

Penantian Panjang Pemulihan Ekonomi Bagi Penjual Madu di Lembang Bandung Barat

Published

on

NGAMPRAH, GENZPEDIA – Kuantitas penjualan madu jauh dibandingkan dengan di masa pandemi. 

“Penjualan madu di kalangan UMKM madu ini saat ini sudah kembali normal seperti sebelum masa pandemi,” ujar pelaku usaha di bidang madu, Koswara.

Maksud dari normal sebelum masa pandemi, kata Koswara, ketika penjualan konsisten setiap bulannya. Dikatakan Koswara, sebelum pandemi, rata-rata satu penjual mampu menjual 50 botol setiap bulan. 

“Sekarang penjualan sudah kembali seperti sebelum masa pandemi,” ujarnya.

Akan tetapi, di masa pandemi, lanjut Koswara, justru penjualan madu, melonjak tinggi. Selama dua tahun pandemi, para pelaku usaha di bidang madu, malah meraup keuntungan cukup besar.

Diakui Koswara, ia beberapa kali mendapatkan pesanan besar. Pesanan itu di luar pesanan dari pelanggan. Bahkan pelanggan juga menambah kuantitas pesanannya. Koswara mengatakan penjualan di masa pandemi malah bisa sampai 200 botol satu bulannya.

“Karena saat itu kan dicari minuman sehat penambah stamina dan kekebalan tubuh. Maka madu yang jadi pilihan sehingga para penjual madu kebanjiran pesanan,” katanya.

Penjualan di masa pandemi kembali meningkat, lanjut Koswara, ketika wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak. Tidak sedikit peternak sapi berbelanja madu dalam jumlah besar untuk dicampurkan dengan pakan sapi. Mereka meyakini dapat mencegah hewan ternak mereka tidak terjangkit PMK.

Pelaku usaha Madu Maribaya, Neng Kurnia menyebutkan penjualan sekarang sekitar 50 botol tiap bulan, sudah bisa disebutkan kondisi yang bagus. Akan tetapi, diakui Neng, ia kehilangan beberapa pelanggan dari Batam.

“Mereka tidak sanggup membayar biaya bea cukai jika belanja madu. Jika dihitung total, harganya jadi sangat mahal,” ucap Neng.***

Bagikan ini