Connect with us

Indepth

Kenapa Perundungan Masih Dianggap Sepele?

Published

on

perundungan-masih-dianggap-sepele
Ilustrasi

INDEPTH, GENZPEDIA – Beberapa waktu lalu, Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum memberikan pernyataan bahwa perundungan adalah hal biasa. Pernyataan tersebut tentu saja mengundang banyak kecaman publik.  Uu pun kemudian memohon maaf atas pernyataannya yang telah membuat kegaduhan itu. Permohonan maaf tersebut disampaikan oleh Uu pada konferensi pers di Gedung Sate Bandung pada 25 Juli 2022.

“Jadi, yang pertama saya mohon maaf telah menyampaikan hal semacam itu,” cetus Uu saat konferensi pers 25 Juli 2022 lalu.

“Saya sampaikan saat saya bercanda dengan rekan media. Teman dengan teman kan suka ledek sudah biasa itu biasa. Tetapi sebenarnya itu tidak boleh. Sekalipun hal biasa, tidak boleh,” terang Uu.

“Mohon maaf atas kesalahan pernyataan saya tentang hal itu karena memang saya dulu pernah kecil, dan waktu kecil suka saling ledek. Oleh karena itu, mohon maaf atas kesalahan saya,” tambah Uu.

Pernyataan Uu yang menganggap perundungan adalah hal biasa adalah suatu ironi. Apalagi yang mengatakan pernyataan itu adalah seorang pemimpin daerah. Ini menjadi sebuah gambaran, jika pejabat publik saja bisa menganggap perundungan sebagai hal sepele, bagaimana dengan masyarakat?

Kasus perundungan layaknya gunung es. Kasus perundungan anak di Tasikmalaya menjadi salah satu dari banyaknya kasus perundungan. Banyak korban yang tak berani untuk melapor. Ironisnya, beberapa kasus perundungan menelan korban jiwa. Jika pola pikir masyarakat masih menganggap perundungan hanya sekadar candaan, maka mata rantai perundungan akan terus berlanjut.

Baca juga: 3 Anak Jadi Tersangka Kasus Perundungan di Tasikmalaya

Lalu, kenapa perundungan masih dianggap sepele?

Kurangnya Empati

Menurut Nur Haidam dalam jurnal UGM, perundungan terjadi akibat tidak ditanamkan empati. Hal ini berkaitan dengan pendidikan moral. Jika seseorang memiliki pemahaman moral, maka ia tidak akan menyakiti orang lain. Ia akan mengetahui baik dan buruknya suatu perilaku. Oleh karena itu, ia bisa menghindari untuk menyakiti temannya, baik itu secara fisik maupun verbal.

Kurangnya empati juga menyebabkan seseorang menganggap perundungan hal biasa. Misalnya, seorang anak mengatai temannya dengan sebutan binatang atau menjelekkan ras teman tersebut. Meskipun hanya candaan, itu tidak dibenarkan. Jika dibiarkan, korban bisa mengalami kehilangan kepercayaan diri, depresi, bahkan meninggal dunia.

Bersembunyi Dibalik Kata Baper

Kata baper (bawa perasaan) menjadi salah satu senjata yang sering dikeluarkan oleh para pelaku perundungan. Bersembunyi di belakang kata baper membuat pelaku tetap bisa melanggengkan perundungan.

Memaklumi Perundungan dengan Bersikap Acuh

Sejatinya orangtua dan guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengayomi dan memberi contoh yang baik. Namun, masih banyak orangtua atau guru yang membiarkan anak melakukan perundungan kepada anak yang lain. Pembiaran seperti itu menyebabkan pelaku perundungan merasa bebas untuk menindas sesamanya. Karena dibiarkan, pelaku akan menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah wajar.

Orang sekitar seperti teman, masyarakat lingkungan sekitar atau saudara pun bersalah jika mengabaikan tindakan perundungan. Bagaimana pun, pembiaran perilaku perundungan sama artinya dengan memaklumi hal itu terjadi. Melaporkan perilaku tersebut menjadi salah satu cara untuk menghentikan perilaku perundungan.

Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah perilaku perundungan?

Ada beberapa tips untuk mencegah perundungan, yaitu:

  1. Tunjukkan empati dan kasih sayang terhadap sesama
  2. Ajak orang yang rentan terhadap perundungan untuk berinteraksi lebih baik
  3. Menumbuhkan rasa percaya diri
  4. Melakukan sosialisasi tentang bahaya perundungan (untuk guru di sekolah)
  5. Tanamkan jiwa pemberani
  6. Bersikap terbuka terhadap anak (orangtua)

Sudah saatnya kita memutus mata rantai perundungan. Jangan biarkan ada pembiaran dan anggapan sepele mengenai perundungan. Peka terhadap sekitar menjadi hal utama agar perundungan dapat dicegah.

 

 

Sumber:

  1. Pentingnya pemahaman moral terkait perilaku perundungan (bullying) pada anak usia sekolah
  2. Tips untuk guru dalam merespon perundungan (bullying)
Bagikan ini
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *