News
Petani Milenial Tanaman Hias Menanti Solusi Pemprov Jabar, Berutang Hingga Puluhan Juta

LEMBANG, GENZPEDIA – Gelombang I peserta program Petani Milenial kelompok tanaman hias berharap Pemerintah Provinsi Jawa Barat mampu mencarikan solusi bagi mereka pada Senin (6/2/2023).
Pasalnya, Pemprov Jawa Barat telah berjanji akan menyelesaikan persoalan kelompok tanaman hias Petani Milenial gelombang I.
“Dari kami sebetulnya simpel, bersihkan nama kami dari bank. Kemudian Pemprov Jabar legowo mengakui kesalahan karena mereka lambat menyelesaikan masalah program ini” ujar salah satu peserta Petani Milenial gelombang I tanaman hias, Rizky Anggara.
Menurut Rizky, persoalan penyelesaian pembayaran dari offtaker CV. Minaqu Indonesia (MI) ini sudah berlarut-larut. Dengan alasan perang Rusia-Ukraina, pembayaran dari MI terkendala karena ekspor tidak dapat dilakukan.
Pemprov Jabar kemudian mengatakan tanaman hias itu akhirnya dijual di pasar domestik. Tapi proses pencairan untuk kelompok Rizky tidak juga selesai meski kontrak kerja telah habis.
“Sebenarnya yang memiliki perjanjian kerja sama dengan MI adalah PT Agro Jabar. Kami, peserta Petani Milenial terikat kontraknya dengan Agro Jabar,” ucap Rizky.
Rizky tidak mengetahui dengan rinci alasan Agro Jabar menyerahkan komoditas dijual MI. Tadinya, harga jual tanaman yang akan diberikan pada MI, seharga Rp55.000. Padahal di awal disepakati seharga Rp50.000. Setelah protes, harga kembali ke angka Rp50.000.
“Jadi secara program, kita menjual ke Agro Jabar dan Agro Jabar menjual ke MI,” kata Rizky.
Dikatakan Rizky, estimasi panen dan pendapatan dalam setahun diprediksi bisa mencapai Rp129.250.000 dengan perhitungan harga tiap pot tanaman Rp55.000. Diprediksi dalam setahun mereka akan panen 3 kali.
Kelompok Rizky akan 3 jenis tanaman hias antara lain Amydrium Silver (450pot), Hamalomena Frog (300 pot), dan Scindapsus Lucens (1.600 pot). Sehingga total berjumlah 2.350 pot. “Tapi harga tetap jadi Rp50.000 untuk tiap pot tanaman hias,” katanya.
Akan tetapi, Rizky mengaku dia dan timnya baru menerima satu kali uang pembayaran dengan total Rp11 juta per orang selama setahun. Karena kontrak Rizky dan kawan-kawan dengan Agro Jabar telah berakhir pada Juli 2022.
Uang belum diterima semuanya, kata Rizky, mereka malah terbelit utang dengan Bank BJB. Disebutkan Rizky, dari 18 orang anggotanya terjerat utang masing-masing Rp50 juta plus bunga 6% sehingga menjadi Rp54 juta. “Jadi total utang satu kelompok ke bank itu mencapai Rp954 juta. ***