Connect with us

Indepth

Saya Murni, Guru Honorer yang Terancam ‘Disuntik Mati’ Karirnya di Tahun 2023

Published

on

Murni Guru Honorer di Tarakan (Foto: Poernama/GENZPEDIA)

TARAKAN, GENZPEDIA – Nama saya Murni, umur 54 tahun. Tak terasa sudah 17 tahun saya mengabdi guru honorer di Kota Tarakan.

Tak ada yang lebih menyenangkan melihat seluruh siswa-siswa yang saya ajar menjadi sukses di kemudian hari. Namun, perasaan gundah datang di tahun 2022 ini. Yaitu bakal ‘disuntik matinya’ karir tenaga honorer di tahun 2023 mendatang.

Seperti petir di siang bolong rasanya mendengar kabar tersebut. Asal tahu saja, saya tidak sendirian merasakan kepedihan ini. Masih ada ratusan orang di Tarakan yang menjadi tenaga honorer akan bernasib sama.

Namun apa daya, pengabdian selama 17 tahun sebagai guru Sekolah Dasar (SD) Katolik Kota Tarakan dianggap angin lalu oleh pemerintah. Apalagi dengan umur saya yang memasuki waktu setengah abad ini, apa yang bisa kami kerjakan di luar sana. Sudah tidak ada lagi lowongan kerja yang bisa menerima kami sebagai karyawannya, siapa lagi yang mau menerima kami, apa perlu kami mendaftar jadi petugas kebersihan jalanan pak Wali Kota Tarakan yang terhormat?

Apakah kami harus meninggalkan kebiasaan bersama anak-anak, memberikan nasehat, ilmu ke anak-anak di ruang kelas tempat menimba ilmu.

Rasa kekhawatiran dan kekecewaan pada diri saya pun tak mungkin bisa hilang begitu saja tanpa adanya kejelasan nasib kami di tahun 2023 mendatang. Doa saya dari lubuk paling dalam adalah kebaikan pemerintah untuk memperhatikan nasib dan kesejahteraan kami sebagai para pejuang status honorer ini. (Poernama S)

Bagikan ini
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *