Connect with us

News

Setelah Pandemi, Permintaan Kain Tenun Badui Kembali Normal

Published

on

setelah-pandemi-permintaan-kain-tenun-badui-kembali-normal
Gambar Kain Tenun Badui | Sumber: https://visit.bantenprov.go.id/travel/tenun-baduy/

LEBAK, GENZPEDIA – Permintaan kain tenun Badui mulai kembali normal sejak pandemi COVID-19 melanda 2 tahun terakhir. Akibat pandemi COVID-19, permintaan kain tenun tersebut sempat menurun dratis yang tentunya berdampak pada omzet para perajin.

Melansir laman antaranews.com, Jali, seorang perajin kain tenun mensyukuri adanya kenaikan permintaan kain tenun Badui.

“Permintaan kain tenun Badui relatif  berangsur mulai normal lagi. Setelah dua tahun turun drastis akibat pandemi COVID-19,” ujar Jali.

Kain Tenun Badui Menerima Sertifikat Pencatatan Intelektual Komunal

Selain itu, salah satu hasil budaya Suku Badui tersebut telah menerima Sertifikat/Surat Pencatatan Kekayaan Intelektual Komunal atas Tenun Badui. Adapun Kemenkumham yang mengeluarkan sertikat tersebut.

Jali mengatakan selain berkunjung ke permukiman Badui, para wisatawan membeli kain tenun dalam jumlah banyak sebagai buah tangan.

Menurut Jali, kebanyakan wisatawan berasal dari Bogor, Bekasi, Karawang, Jakarta, bahkan dari sejumlah daerah di Provinsi Banten. Kunjungan terbanyak adalah pada hari Sabtu dan Minggu.

Omzet Penjualan Meningkat

Jali mengaku permintaan kain tenun yang tinggi juga membuat para perajin kewalahan. Bahkan, omzet dari penjualan kain tenun mencapai Rp 10 juta per pekan. Jumlah omzet jauh berbeda jika dibandingkan saat pandemi melanda 2 tahun belakangan.

Sarti yang merupakan perajin kain tenun juga mengungkapkan hal senada. Ia bisa mengantongi omzet Rp 12 juta per pekan karena banyaknya permintaan dari para wisatawan yang berkunjung. Ia juga menyebutkan bahwa pendapatannya mulai normal kembali.

Baca Juga: Bantu Korban Gempa Cianjur, Pemkot Tangerang Kirim 45 Tenaga Medis

Kain tenun dijual kisaran harga Rp Rp 250 ribu hingga Rp 1,2 juta per lembar dengan ukuran 3×3 meter persegi.

Sarti berharap, produk kain tenun ini bisa membantu perekonomian keluarga.

Sementara perajin kain lainnya bernama Neng kembali memproduksi kain tenun dan memajangnya di balai rumah sembari menunggu kedatangan para wisatawan.

Selain kain tenun, komoditas masyarakat Badui lainnya adalah baju kampret, ikat kepala, selendang, batik Badui, golok, dan lainnya.

Ada 2.000 Perajin

Tetua Adat Badui sekaligus Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija mengatakan saat ini ada 2.000 perajin. Sebelumnya, para perajin tersebut berhenti beroperasi akibat pandemi COVID-19.

Ia mengaku senang para pelaku usaha kembali normal sehingga bisa menopang perekonomian keluarga.

Selain itu, Kepala Bidang UMKM, Dinas UMK Kabupaten Lebak, Abdul Waseh mengatakan kain tenun ini menjadi suatu kebanggaan setelah menerima penghargaan Kekayaan Intelektual Komunal. Hal ini karena salah satu hasil budaya Suku Badui tersebut dapat menyerap lapangan pekerjaan.

Dengan adanya penghargaan Kekayaan Intelektual Komunal dari Kemenkumham, Abdul Waseh menyebut dapat mendongkrak permintaan pasar.

Ia berharap, produk ini bisa menembus pasar mancanegara.

Bagikan ini
Continue Reading
1 Comment

1 Comment

  1. Pingback: Tangerang Luncurkan Gerakan Sejuta Siswa Digital - Genzpedia

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *