Trending
Terbilang Unik! 3 Nama Wilayah di Kaltara Ini Berasal dari Gabungan Kata, Ternyata Ini Artinya..

JAKARTA, GENZPEDIA – Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan provinsi yang memisahkan diri dari Kalimantan Timur dan disetujui melalui rapat paripurna DPR RI pada tanggal 25 Oktober 2012.
Provinsi dengan pusat pemerintahan di Tanjung Selor tersebut, berbatasan langsung dengan negara Malaysia, yaitu Negara Bagian Sabah dan Sarawak.
Kalimantan Utara memiliki luas sekitar 75.467,70 kilometer persegi itu, terdiri dari satu kota dan empat kabupaten.
Ternyata, terdapat tiga nama kota dan kabupaten di Kaltara yang berasal dari singkatan suku kata, yang unik penyebutannya.
1. Kabupaten Tana Tidung
Diketahui, nama dari kabupaten tersebut berasal dari gabungan kata Tana dan Tidung.
Kata Tana berasal dari Afdeeling Tidoengschelanden, yang artinya adalah tanah.
Sedangkan ‘Tidung’ merupakan pengucapan dari kata ‘Tideng’ yang merupakan ejaan khas Tideng Pale.
Sehingga Tideng dalam bahasa Tidung artinya adalah gunung.
2. Kabupaten Malinau
Berdasarkan keterangan dari tokoh suku Tidung, nama Kabupaten Malinau bermula dari kedatangan orang-orang Belanda.
Zaman dahulu, mereka pernah datang ke Desa Selamban, yang dihuni penduduk suku Tidung.
Orang-orang Belanda tersebut bertanya tentang nama sungai di desa mereka.
Namun, karena keterbatasan bahasa, penduduk pun tidak memahami pertanyaan tersebut.
Sehingga masyarakat kemudian menduga jika orang Belanda itu menanyakan apa yang sedang mereka kerjakan.
Salah seorang suku Abai pun menjawab ‘Mal Inau dako’ yang artinya sedang mengolah atau memasak sagu enau (aren).
Kata ‘mal’ artinya membuat dan ‘inau’ yaitu pohon enau atau aren, yang kemudian dicatat oleh orang Belanda.
Dari situlah secara tak disengaja tercipta nama Malinau yang saat ini menjadi nama sebuah kabupaten di Kalimantan Utara.
3. Kota Tarakan
Dilansir dari perkotaan.bpiw.pu.go.id, nama Tarakan berasal dari bahasa Tidung, yaitu singkatan ‘tarak’ dan ‘ngakan.’
Arti dari kata ‘tarak’ yaitu tempat singgah, sementara “ngakan” yang berarti makan.
Berdasarkan informasi, penamaan tersebut sesuai dengan wilayahnya yang menjadi tempat istirahat atau persinggahan.
Selain itu, Kota Tarakan menjadi tempat kaum nelayan dari Kerajaan Tidung melakukan barter, pada masa sebelum kolonial Belanda datang.