News
Wajib Baca! Daftar 8 Ancaman Bencana Alam yang Mengintai Warga Tarakan
TARAKAN, GENZPEDIA – “Kalau alam yang mau berbuat kita bisa apa. Kita hanya bisa menginisiasi dampak dan meminimalisir, artinya bagaimana kita bisa dalam hal ini tidak ada korban jiwa.”
Beginilah kutipan dialog Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tarakan, Paoloes Dwi Boedi Soenjoto beberapa waktu lalu kepada GENZPEDIA di Tarakan. Pernyataan itu muncul untuk menanggapi fenomena bencana alam serta penegasan peran pihaknya dalam penanggulangan bencana alam di Tarakan selama ini
Bukan sekedar omong kosong belaka loh gaes soal daftar bencana di Tarakan. Pasalnya, BPBD Kota Tarakan sudah melakukan pemetaan salah satunya terkait ancaman bencana yang wajib banget diwaspadai khususnya warga lokal Tarakan.
“Kita sudah lakukan petakan ada 8 ancaman berkaitan dengan bencana Kota Tarakan di antaranya ada gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrem yang berdampak hujan lebat dan angin serta pohon tumbang, longsor, banjir, kekeringan, peningkatan gelombang dan abrasi pantai, serta kebakaran hutan dan lahan” kata dia.
Adapun dari 8 ancaman bencana tersebut, berdasarkan data rekapitulasi kejadian bencana selama 3 tahun terakhir yakni 2019-2022 (periode Januari- Maret), didominasi oleh kejadian tanah longsor dengan total keselurahan terdapat 285 laporan kasus.
Kasus longsor ini umumnya terjadi diwilayah Kelurahan Karang Anyar, serta bencana kebakaran hutan dan lahan sebanyak 131 kasus yang terlapor yang lumrah terjadi Kelurahan Pantai Amal.
Sedangkan untuk 3 ancaman lainnya seperti kekeringan, tsunami dan gelombang ekstrem belum menunjukkan angka signifikan sejak pendataan dilakukan.
“Secara informasi dengan teman BMKG realease itu kan sistem masa musim kita kan sepanjang tahun, artinya sebenarnya kita tidak mengenal musim, alias musim kita pendek. Antara panas dan hujan. Makanya berpengaruh pada cuaca ekstrem yang terjadi biasanya nanti ada dua di dalamnya yaitu angin kencang dan hujan deras. Kami dari bidang penanggulangan bencana membawahi itu harus gencar memberi edukasi informasi publik termasuk dalam media untuk intens yang sifatnya bisa harian agar bisa membangun kewaspadaan sampai tingkat masyarakat paling bawah yaitu keluarga,” kata Boedi.
Bersama BMKG, pihaknya memperkuat jejaring melalui realease berita dalam bentuk peringatan dini. Sebagai langkah mengenal risiko yang diterima, hingga intens volume memberikan edukasi dan lebih dalam yang nantinya ber-output meminimalisir hingga mencegah adanya korban jiwa
“Kalau berbicara kondisi, alhamdulillah masyarakat sudah terbentuk dengan kondisi seperti ini, saya yakin masyarakat lebih tangguh dan terbuka. Jadi pemberdayaan seperti itu program kami, mottonya tangguh dalam segala hal,” ujarnya. (Poernama S)