Connect with us

Indepth

5 Tradisi dalam Menyambut Muharram di Jawa Barat

Published

on

5-tradisi-menyambut-muharram-di-jawa-barat

INDEPTH, GENZPEDIA – Sejak tadi malam (29/07), umat Muslim di Indonesia menyambut tanggal 1 Muharram 1444 H. Dalam kalender Hijriyah, Muharram merupakan bulan bulan pertama di awal tahun. Banyak daerah yang memeriahkan datangnya tanggal 1 Muharram dengan berbagai tradisi. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak tradisi dalam menyambut Muharram adalah Jawa Barat.

Lalu, tradisi apa saja yang sering dilakukan dalam menyambut Muharram di Jawa Barat? Yuk, simak pembahasan 5 tradisi dalam menyambut Muharram di Jawa Barat!

1. Sambut Muharram dengan Pawai Obor

Pawai obor adalah salah satu tradisi yang sering dilakukan dalam menyambut 1 Muharram. Pawai obor biasanya dilakukan oleh para santri dengan berkeliling kampung dengan membawa obor. Tak jarang masyarakat sekitar ikut memeriahkan pawai obor dengan ikut iring-iringan para santri. Selama pawai obor berlangsung, lantunan shalawat mengiringi pawai obor. Pawai obor biasanya dilakukan selepas shalat Maghrib atau selepas shalat Isya.

Selain mengelilingi kampung, acara pawai obor dilakukan dengan berjalan keliling kota. Salah satu contoh pawai obor yang dilakukan dengan meriah adalah di Purwakarta. Dilansir dari detik.com, iring-iringan pawai obor tersebut sepanjang 1 kilometer.

2. Bubur Suro

Meskipun membagikan bubur Suro umumnya dilakukan pada 10 Muharram, beberapa daerah di Jabar seperti Tasikmalaya dan Garut membuat bubur Suro untuk menyambut 1 Muharram. Bubur Suro di Garut disajikan di Masjid. Selain itu, 1 Muharram menjadi ajang untuk mengenalkan bayi. Sementara di Tasikmalaya, bubur Suro disajikan dalam satu wadah besar dan disantap bersama.

Uniknya, pembuatan bubur Suro di kedua daerah tersebut dilakukan di setiap rumah warga. Bubur yang sudah dibuat kemudian dibawa ke Masjid. Adapun warnanya, ada dua warna bubur Suro yang dibuat, yaitu bubur merah dan bubur putih. Bubur merah rasanya lebih manis karena dibuat dengan tambahan gula merah. Sedangkan bubur putih rasanya lebih gurih.

3. Songsong Muharram dengan Mabit di Masjid

Tradisi ketiga yang sering dilakukan dalam menyambut 1 Muharram adalah mabit di masjid. Umumnya, setiap masjid akan mengadakan doa akhir tahun, doa Istighasah, dan doa awal tahun. Harapannya adalah agar setiap dosa yang dilakukan diampuni dan menjadi pribadi yang lebih baik di tahun berikutnya. Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, setiap orang memperbanyak ibadah hingga fajar tiba.

4. Ngadulag

Tradisi menyambut 1 Muharram selanjutnya adalah ngadulag. Tradisi ini sering dilakukan oleh masyarakat Sukabumi dan Bogor. Ngadulag berasa dari kata “Dulag” yang berarti menabuh. Sesuai dengan namanya, ngadulag yaitu menabuh bedug. Biasanya, ngadulag diiringi oleh suara kentungan. Ngadulag juga sering dilakukan untuk mengiringi pawai obor.

5. Babarit

Tradisi kelima yang sering dilakukan dalam menyambut Muharram adalah tradisi Babarit. Dilansir dari website http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ , Babarit merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Kab. Kuningan, tepatnya di Desa Sagarahiang. Tradisi ini secara garis besar diawali dengan membaca doa di Kantor Desa Sagarahiang. Acara dilanjutkan dengan memotong domba kendit dengan harapan untuk menolak bala.

Indonesia yang kaya akan budaya memberikan warna pada penyambutan Muharram. Setiap daerah memiliki budaya dan tradisinya masing-masing. Sudah seharusnya kita melestarikan tradisi, termasuk kelima tradisi yang telah disebutkan.

Bagikan ini
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *