Connect with us

Indepth

Tawuran Pelajar di Jabar, Bak Gunung Es yang Tak Kunjung Mencair

Published

on

tawuran-pelajar-di-jabar-bak-gunung-es-yang-tak-kunjung-mencair
Sumber Ilustrasi: https://kalbar.harianhaluan.com/

INDEPTH, GENZPEDIA – Pelajar SMP-SMA berada dalam rentang usia remaja. Usia mereka biasanya sedang mencari jati diri. Masa remaja adalah masa untuk mengeksplorasi diri, salah satunya melalui hobi. Sayangnya, banyak pelajar yang terbawa arus pergaulan yang kurang baik. Mereka mencari jati dirinya dengan tawuran.

Berita tawuran pelajar di Jabar kerap kali kita lihat dan kita dengar. Tawuran pelajar juga tak jarang memakan korban jiwa. Lantas, siapa yang harus bertanggung jawab dengan fenomena tersebut? Dan mengapa pelajar bisa terhasut untuk tawuran? Artikel kali ini akan membahas tawuran pelajar di Jabar, bak gunung es yang tak kunjung mencair.

Pengertian Tawuran Pelajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tawuran merupakan perkelahian yang dilakukan secara massal, di mana dilakukan dalam sejumlah kelompok atau antar kelompok. Begitu juga dengan Erwandi dalam Mawar Sheila (2001: 2) yang mengartikan tawuran sebagai bertikainya dua kelompok pelajar secara massal, disertai kata yang merendahkan dan perilaku melukai rivalnya.

Tawuran pelajar termasuk dalam kekerasan kolektif. Gustav Le Bon dalam bukunya yang berjudul “The Crowd” mengatakan bahwa kekerasan kolektif memiliki ciri emosional, irasional, dan menjadikan seorang individu atau suatu kelompok sebagai figur. Pemicu kekerasan tersebut mulanya adalah penyebaran isu. Setelah itu, kelompok tersebut merasa frustasi. Rasa frustasi itulah yang menyebabkan terjadinya perilaku anarki, salah satunya adalah tawuran.

Tawuran Pelajar yang Sudah Menjadi Tradisi

Sebuah budaya memiliki tradisi yang dilakukan oleh suatu masyarakat atau kelompok tertentu. Tawuran pelajar bisa diartikan dengan sebuah tradisi karena sering dilakukan secara turun-temurun. Tentu saja tradisi tersebut termasuk dalam konteks negatif. Sekolah yang sebenarnya adalah sebagai tempat menimba ilmu, malah dijadikan ajang untuk tawuran.Mereka seringkali memulainya dengan saling ejek dan berakhir pada perkelahian. Bahkan, tak jarang mereka membawa senjata tajam seperti clurit, parang, pisau, batu, hingga tongkat untuk menghadapi lawan.

Para pelajar yang mengikuti tawuran selalu menganggap bahwa mereka membela nama baik sekolah di hadapan lawan. Padahal, tawuran pelajar ini mencoreng institusi pendidikan. Lebihnya lagi, pelaku tawuran sering tidak masuk sekolah.

Tawuran pelajar sering dilakukan saat masih menggunakan seragam. Selain itu, ada doktrin keliru yang diturunkan dari angkatan tua ke angkatan muda jika tawuran membuat mereka terlihat keren. Mereka menganggap pelajar yang tidak ikut tawuran itu tak punya nyali. Para pelaku tawuran pelajar ini ingin mencari validasi bahwa mereka kuat dan berkuasa.

Baca Juga: Ospek Untirta Jadi Sorotan, BEM Untirta Minta Maaf 

Terbanyak di Jabar

Dilansir dari katadata.co.id, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per tahun 2021 dari delapan provinsi, kasus tawuran pelajar paling banyak di Jabar. Setidaknya di Jabar ada 37 desa/kelurahan yang dijadikan tempat tawuran pelajar. Salah satu kasus tawuran pelajar yang viral di media sosial Instagram beberapa waktu lalu adalah tawuran pelajar dari SMK 2 Pasundan Banjaran dan SMK 3 Baleendah di Kab. Bandung. Bahkan mereka melakukan tindakan tak terpuji itu di dekat Polsek Baleendah. Mereka menggunakan batu dan rantai sebagai senjata.

Dikutip dari kompas.com, tawuran pelajar ini bermula saling ejek di media sosial.  Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Baleendah, Kompol Sungkowo mengamini kejadian tersebut.

“Penyerangan dilakukan oleh siswa SMK 2 Pasundan Banjaran terhadap siswa SMK 3 Baleendah akibat postingan yang bernada ejekan,” terang Sungkowo.

Sementara itu, KPAI menyebutkan bahwa dalam kurun Januari-Desember 2021, Jabar menjadi salah satu dari 11 provinsi yang kerap terjadi tawuran pelajar. Bahkan, tawuran pelajar dilakukan saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Himbauan untuk berada di rumah dan belajar dari rumah tak mereka gubris.

Sama halnya dengan tawuran pelajar di daerah lain, tawuran pelajar di Jabar terkadang terpantik dari hal sepele. Namun, hal sepele itu bisa menjadi api yang menyulut suatu kelompok. Perasaan lebih unggul dari sekolah lain menjadi faktor selanjutnya yang pemantik terjadinya tawuran.

Salah satu contoh kasus tawuran pelajar yang memakan korban jiwa adalah tawuran pelajar di Sukabumi pada 2021 lalu. Dilansir dari sukabumiupdate.com, tercatat dalam kurun tiga bulan, tiga pelajar tewas.

Latar Belakang Terjadinya Tawuran Pelajar

Dikutip dari katadata.co.id, banyak hal yang melatarbelakangi pelajar melakukan tawuran. Beberapa di antaranya adalah hubungan keluarga yang tidak harmonis, masalah ekonomi, hidup atau tinggal di tempat yang sering terjadi kekerasan, dan sekolah atau guru yang tidak memberikan fasilitas memadai untuk berkegiatan positif.

Selain itu, faktor internal juga menjadi pemicu pelajar ikut tawuran. Contohnya adalah emosi remaja yang cenderung belum stabil, belum bisa beradaptasi dengan keberagaman kultur, dan memiliki perasaan rendah diri. Karena memiliki perasaan rendah diri, remaja membutuhkan pengakuan dari kelompoknya. Dengan melakukan tawuran, mereka menganggap diri mereka lebih hebat dari orang lain.

Upaya Penanganan Pada Pelajar yang Kerap Tawuran

Pelajar yang berada dalam rentang usia remaja cenderung memiliki sifat memberontak karena ingin memperoleh kebebasan, baik dari orang tua atau pun dari sekolah. Pada dasarnya, remaja memang lebih senang tidak diatur dan lebih senang berkumpul dengan teman-temannya. Namun, orangtua dan pihak sekolah memiliki peran penting agar mencegah remaja tidak melakukan tindak kekerasan.

Pemberian kasih sayang dan didikan yang tepat dari orangtua akan menjadi bekal bagi remaja untuk menghadapi dunianya. Mereka akan memiliki rem untuk tidak melakukan hal yang merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, pihak sekolah dan guru juga ikut andil dalam hal ini. Hendaknya guru menggali kemampuan muridnya dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki muridnya untuk mengalihkan fokus mereka dari tawuran. Guru Bimbingan Konseling bisa memberikan asesmen untuk murid yang kerap tawuran sehingga diketahui apa kemampuan terpendam yang bisa digali.

Daftar Sumber:

  1. Sheila, Mawar. 2001. Hubungan Antara Prasangka Terhadap Kelompok dan Intensi untuk Bertingkah Laku Agresi Pada Pelajar Sebuah SMK di Jakarta yang Terlibat Tawuran, Jurnal Psikologi. Vol 8. No 2. Hlm. 1-2.
  2. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/28/tawuran-pelajar-paling-banyak-terjadi-di-jawa-barat (Diakses pada 12 Agustus 2022 pukul 20.18).
  3. https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-013345547/kpai-rilis-data-perundungan-selama-2021-tawuran-pelajar-paling-banyak (Diakses pada 12 Agustus 2022 pukul 23.07).
  4. https://bandung.kompas.com/read/2022/08/03/122450578/tawuran-dekat-polsek-baleendah-pelajar-bawa-batu-dan-rantai-ditangkap (Diakses pada 13 Agustus 2022 pukul 01.35).
  5. https://sukabumiupdate.com/posts/91056/data-berdarah-tiga-pelajar-tewas-akibat-tawuran-di-sukabumi (Diakses pada 13 Agustus 2022 pukul 02.50).
Bagikan ini
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *