Connect with us

Lifestyle

Biografi Soedjatmoko: Kisah Hidup Sang Intelektual

Published

on

Tangerang, Genzpedia – Soedjatmoko dikenal sebagai seorang cendekiawan, diplomat, dan politikus yang pernah dimiliki Indonesia.

Pria yang akrab disapa Bung Koko ini, lahir di Sawah Kunto, Sumatera Barat, pada 10 Januari 1922.

Soedjatmoko lahir dari kalangan bangsawan, sedari kecil sudah mendapat pendidikan yang layak. Ayahnya bernama Saleh Mangoediningratan, merupakan seorang dokter.

Pada 1924, Soedjatmoko sempat tinggal di Belanda selama lima tahun, karena ayahnya mendapat beasiswa di sana.

Setelah pendidikan ayahnya selesai di Belanda, Soedjatmoko melanjutkan sekolah dasarnya di Manado. Lalu lanjut sekolah di Hoogere Burgerschool (HBS), sebelum akhirnya sekolah kedokteran di Jakarta.

Saat menjadi mahasiswa kedokteran di Jakarta itu, Soedjatmoko aktif dalam gerakan bawah tanah anti Jepang. Hal itu membuat ia dan teman-temannya ditangkap dan ditahan kempetai (politis militer jepang) selama kurang lebih satu bulan.

Soedjatmoko dikeluarkan dan tidak diizinkan lagi berkuliah di manapun. Soedjatmoko pun mengalami keterasingan dan pulang ke Solo untuk membantu ayahnya berpraktik kedokteran.

Tak lama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Soedjatmoko hijrah ke Jakarta. Kali ini bukan untuk melanjutkan sekolah dokter, melainkan terjun ke dunia jurnalistik. Soedjatmoko ditunjuk sebagai kepala seksi pers luar negeri di bawah Departemen Penerangan.

Soedjatmoko juga mendirikan jurnal sosialis bernama Siasat, bersama Rosihan Anwar. Jurnal itu terbit setiap minggu.

Pada 1947, Soedjatmoko, Charles Tambu, dan Soemitro Djojohadikusumo dikirim Perdana Menteri Sjahrir dan Agus Salim ke Amerika Serikat sebagai anggota pengamat Indonesia di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Mereka hadir dalam Sidang Keamanan PBB untuk membahas Agresi Militer Belanda I.

Selama di Amerika Serikat itu, Soedjatmoko mendapat beasiswa kuliah di Harvard University.

Setelah menyelesaikan tugas-tugasnya di Amerika Serikat, Soedjatmoko pulang ke Indonesia. Ia kembali ke dunia jurnalistik, bergabung dengan
majalah Siasat, Pedoman, dan Konfrontasi. Sejak itu Soedjatmoko kian terkenal di antara kaum intelektual.

Pada tahun 1955, Bung Koko resmi tergabung dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan terpilih sebagai anggota konstituante pada pemilu pertama di tahun tersebut.

Di rezim orde baru, Soedjatmoko dijadikan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dari 1968 hingga 1971.

Setelah itu, saat kembali lagi ke Indonesia, Soedjatmoko diangkat menjadi Penasihat Khusus Urusan Budaya dan Sosial untuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Bahkan pada 1980, Soedjatmoko sempat diangkat menjadi Rektor Universitas PBB di Tokyo.

Soedjatmoko meninggal dunia pada 21 desember 1989. Saat sedang mengisi ceramah di Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan di Yogyakarta. Ceramah terakhirnya itu bicara soal masa depan Indonesia.

Bagikan ini