Connect with us

Lifestyle

Sekilas Tragedi Gerbong Maut Bondowoso, 46 Pejuang Indonesia Tewas Disekap Belanda

Published

on

Tangerang, Genzpedia – Tragedi gerbong maut Bondowoso merupakan salah satu peristiwa sejarah memilukan yang pernah terjadi di Indonesia.

Setelah dua tahun Indonesia merdeka, Belanda masih belum bisa menerima negara jajahanya tersebut menjadi negara yang berdaulat merdeka secara penuh.

Belanda melakukan serangan dalam Agresi Militer Belanda I. Mulai mengadakan penyisiran ke berbagai tempat. Salah satu tempat penyisiran adalah di Bondowoso, Jawa Timur.

Saat itu para pejuang Indonesia banyak yang ditangkap Belanda. Mereka dibawa dan dimasukkan ke dalam penjara di Bondowoso.

Banyaknya pejuang yang ditangkap, membuat kapasitas penjara yang ada di Bondowoso melebihi kapasitas dan rencananya sebagian dari mereka akan dipindahkan ke Penjara Bubutan di Surabaya. 

Gerbong Neraka Bondowoso

Pada 23 November 1947, sekitar 100 pejuang indonesia yang ditawan Belanda itu rencanya akan dipindahkan dari penjara Bondowoso ke Penjara Bubutan di Surabaya.

Proses pemindahanya menggunakan kereta api yang memiliki tiga gerbong kecil. Setiap gerbong rata-rata dimasuki sekitar 30 tawanan.

Gerbong pertama dengan kode GR 10152 diisi sebanyak 38 orang. Gerbong kedua dengan kode GR 4416 diisi 29 orang. Sedangkan gerbong ketiga dengan kode GR5769 diisi oleh 33 orang.

Dikutip dari Tirto.id, Prayoga Kartomihardjo dan kawan-kawan dalam Monumen Perjuangan Jawa Timur (1986) mencatat, pukul 05.30 para tawanan yang berjumlah 100 orang itu digiring ke Stasiun Bondowoso. Di stasiun telah menunggu tiga buah gerbong barang […] yang diperuntukkan khusus untuk mereka. Para tawanan langsung diperintah memasuki gerbong-gerbong tersebut tanpa diberi kesempatan sama sekali untuk makan pagi atau yang lainnya.

Ketika pukul 07.30 pagi hari kereta berangkat. Semua masih baik-baik saja, udara pun masih segar.

Suasana menjadi mencekam ketika menjelang siang. Gerbong yang terbuat dari seng dan tertutup membuat banyak tawanan susah untuk bernafas. Tak ada ventilasi udara. Mereka mulai merasakan gelisah dan kepanasan, apalagi gerbong pertama dengan jumlah tawanan terbanyak.

Belanda menutup pintu dan ventilasi gerbong dengan sangat rapat. Padahal perjalanan dari Bondowoso menuju Surabaya kala itu menempuh waktu belasan jam.

Saat singgah di Stasiun Jember saja sudah 12 orang meninggal. Apalagi gerrbong-gerbong itu dijemur dulu di bawah terik matahari sekitar tiga jam. Para tawanan sampai ada yang meminum air kencing karena selama perjalanan para tawanan tidak mendapatkan makan dan minum.

Pukul 22.00 malam, mereka pun tiba di stasiun terakhir, Stasiun Wonokromo. Ketika pintu gerbong dibuka beberapa dari tawanan ada yang pingsan dan meninggal dunia.

Tepatnya, 46 meninggal dunia, 12 orang di antaranya sakit parah, 30 lemas tak berdaya dan hanya 12 yang dianggap benar-benar sehat.

Monumen Gerbong Maut Bondowoso

Terdapat Monumen Gerbong Maut yang berada di depan alun-alun Bondowoso.

Kini gerbong maut ini telah berstatus Cagar Budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/107/KPTS/013/2015.

Tim Ahli Cagar Budaya Nasional menetapkan gerbong ini sebagai Benda Cagar Budaya Peringkat Nasional dalam sidang kajian di Banyuwangi pada 2018 lalu.

Bagikan ini
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *