Connect with us

News

Misteri di Balik Fenomena Alam yang Marak Terjadi di Tarakan, Ini Kata BMKG

Published

on

Ilustrasi Global Warming

TARAKAN, GENZPEDIA – Fenomena alam seperti banjir, hujan lebat disertai angin kencang beberapa hari terakhir kerap dialami masyarakat Kota Tarakan. Kondisi ini pasti menjadi pertanyaan para sobat Genzpedia, mengapa hal tersebut sering terjadi?

Padahal dahulu, fenomena alam tersebut jarang terjadi di Kota Tarakan? Percayalah peristiwa yang kita rasakan saat ini merupakan dampak dari global warming akibat meningkatnya suhu bumi secara berangsur-angsur

Meningkatnya suhu bumi yang memicu perubahan iklim tersebut terjadi, karena kurangnya resapan air, efek gas rumah kaca, banyaknya emisi dari pabrik, hingga berkurangnya paru-paru dunia akibat penebangan liar

Berdasarkan informasi secara global, suhu bumi mengalami kenaikan sebesar 0,5 derajat celcius dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Kembali menghitung mundur sebelum revolusi industri di tahun 1.800-an hingga saat ini, diperkirakan peningkatan suhu telah mencapai 1,2 derajat celcius.

Kepala BMKG M Sulam Khilmi (Foto: Poernama/GENZPEDIA)

Kepala BMKG M Sulam Khilmi (Foto: Poernama/GENZPEDIA)

“Meningkatnya suhu 1,2 derajat saja, itu cuaca ekstrem dimana mana apalagi nanti kalau naik lagi, cuaca ekstrem nya lebih banyak lagi, karena dia semakin panas, jumlah penguapan dan pembentukan awannya tinggi, awan hujan. Itu yang menyebabkan tingginya frekuensi cuaca ekstrem tersebut, tidak terkendali pertumbuhannya,” ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tarakan M.Sulam Khilmi kepada GENZPEDIA beberapa waktu lalu di Tarakan.

Dampak negatif global warming di Tarakan perlahan namun nyata dirasakan. Lalu bagaimana fenomena akibat dari kondisi cuaca ekstrem tergambar ?

“Hujan singkat tapi intensitas tinggi. Kemudian sering terjadi angin kencang hingga menyebabkan pohon tumbang, baliho tumbang, ada atap rumah terangkat, itu cuaca ekstrem,” ujar Khilmi.

So, untuk mengurangi dampak negatif global warming di Tarakan, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dari semua unsur kalangan, tentunya menjadi alternatif penyelamatan yang diperlukan saat ini, demi menyelamatkan bumi dari peristiwa yang tidak dikehendaki

“Upaya kita yah sinergi semua bukan hanya Tarakan, misalnya meningkatkan wilayah serapan air seperti penanaman mangrove, meminimalisir penebangan pohon, pembangunan komplek pemukiman dibarengi dengan penanaman hingga seimbang, bagian dari meminimalir dampak perubahan iklim tadi,” katanya.

Hingga saat ini, Khilmi menyebut peristiwa ini masih dan akan selalu perhatian pihaknya, intens menyuarakan persoalan perubahan iklim begitu pula intensitas kontribusi. (Poernama S)

Bagikan ini
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *